Harga minyak dunia
tercatat terus merosot sejak Juni 2014 hingga sempat menyentuh level
terendah dalam enam tahun terakhir di harga US$ 44 per barel.
Perdebatan di antara para analis turut mewarnai kemerosotan harga minyak yang
saat ini terjadi.
Persoalan utama yang
menjadi bahan perdebatan saat ini adalah, apakah penurunan
harga minyak dunia bailk atau buruk bagi perekonomian global.
Harga minyak mentah
dunia memang telah mengalami kemerosotan parah sejak pertengahan tahun lalu.
Akibat penurunan tersebut, para pakar strategi bahkan mengoreksi proyeksinya
dan mengatakan harga minyak akan merosot lebih parah tahun ini.
Tentu saja sejumlah
perusahaan energi akan menjadi pihak yang mendapat hantaman terbesar dari
kemerosotan harga minya. Sejumlah analis mengatakan sektor energi di bursa
saham AS akan mengalami penurunan lama sekitar 23 persen akhir tahun ini.
Para analis di S&P
Capital IQ mengatakan, meski sektor energi terkena hantaman cukup kuat, tapi
seluruh perusahaan di bursa saham AS tetal dapat memperoleh kenaikkan laba 4
persen di akhir tahun.
Melihat pada segi
perekonomian lebih luas, para analis di perusahaan penyedia informasi keuangan
global tersebut menyebutkan, penurunan harga minyak akan berdampak positif.
Harga minyak yang lebih murah akan membuat pengeluaran masyarakat berkurang.
Ekonomi global yang
saat ini tampak tengah tumbuh melambat juga dapat bergerak naik akibat
rendahnya harga minyak. Para analis di perusahaan yang berbasis di New York itu
juga mengatakan,
The Fed juga harus berpikir ulang ratusan kali untuk menaikkan
suku bunganya dalam waktu dekat.
Namun raja obligasi
Jeffrey Gundlach di DoubleLine Capital mengatakan, jatuhnya harga emas dalam
sepekan terakhir memberikan sinyal munculnya dampak negatif dan banyak akibat
tak terduga.
Gundlach juga mengkhawatirkan perekonomian AS karena banyaknya
pemutusan hubungan kerja di sejumlah perusahaan energi.
Presiden Joko
"Jokowi" Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi
meski harga minyak dunia saat ini sedang turun. Dengan kondisi itu, seharusnya
pemerintah bisa lebih memperbesar ruang fiskal untuk digunakan pada sektor
lain.
Namun, apa alasan pemerintahan Jokowi bersikeras tetap menaikkan harga
BBM, naik atau tidaknya harga minyak dunia tetap akan menciptakan subsidi BBM.
Padahal, harga minyak dunia juga terus berfluktuasi. perkirakan turunnya harga
minyak dunia hanya akan berlangsung selama 2-3 bulan.
Dengan kondisi itu,
pemerintah pun tetap pada keputusannya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi
untuk mengalihkan subsidi ke sektor produktif, seperti infrastruktur dan
kedaulatan pangan. Pemerintah menyebut akan ada lebih dari Rp 100 triliun dana
subsidi BBM yang dialihkan untuk sektor produktif itu.
Seperti diketahui,
pemerintah memastikan kenaikan dua BBM bersubsidi, yakni premium dari Rp 6.500
per liter menjadi Rp 8.500 per liter dan solar dari Rp 5.500 per liter menjadi
Rp 7.500 per liter.
Kutipan
"Saya pikir
Anda mendapatkan konfirmasi bahwa harga kemarin bergerak," kata Brian
LaRose, Analis teknis United-ICAP melansir laman Reuters.
"Kami melihat itu
dari hari ke hari, melihatnya harus dalam setahun dalam sebulan, bagaimana
perkembangannya karena harga minyak ini kami lihat pasti akan rendah terus,
pasti akan naik meskipun sedikit," kata Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro.
Catatan Kaki (Footnote)
Harga Minyak Dunia Turun, Kenapa
Jokowi Tetap Naikkan Harga BBM?
Harga Minyak Dunia Naik Jadi US$ 50 per Barel
(JAKARTA,Liputan6.com & KOMPAS.com)